Rabu, 26 Oktober 2011

Modernisasi pancasila


Modernisasi Pancasila sebagaimana ideologi manapun di dunia ini, adalah kerangka berfikir yang senantiasa memerlukan penyempurnaan. Karena tidak ada satu pun ideologi yang disusun dengan begitu sempurnanya sehingga cukup lengkap dan bersifat abadi untuk semua zaman, kondisi, dan situasi. Ideologi juga harus dapat menjawab tantangan dan ujian dari tiga dimensi; dimensi idealitas, dimensi realitas, dan dimensi fleksibilitas.
Dari dimensi idealitas mengandung nilai universal yang bermakna dapat diterima dan sesungguhnya dapat dipakai di belahan bumi manapun, dalam kurun waktu kapan pun dan oleh siapa pun bangsa di dunia ini. Ada tiga nilai universal yang bersifat umum yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai keadilan. Ketiganya berasal dari potensi kodrati manusia yang bersifat umum. Nilai ketuhanan berangkat dari petensi kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk yang “dependen” yaitu yang tidak dapat ditolak takdir dan ketentuannya seperti asal ras, jenis kelamin, atau dalam batas-batas tertentu tingkat kecerdasan, rentang waktu hidupnya, lahir dan mati pada masa tertentu. Tetapi di pihak lain manusia juga merupakan makhluk yang bersifat “otonom”, yang mengisyaratkan bahwa manusia adalah makhluk yang aktif dan kreatif. Oleh karena itu nilai ketuhanan menjadi nilai yang manusiawi, sedangkan ateisme merupakan pelanggaran potensi kodrat itu sendiri. [1]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar